Cita-cita hilirisasi melalui pembangunan fasilitas pemurnian dan pengolahan (smelter) yang dicanangkan pemerintah nampaknya harus menghadapi sedikit hambatan. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sebelumnya menargetkan akan ada sebanyak 52 smelter yang akan beroperasi hingga 2022 mendatang. Namun, nampaknya target tersebut harus meleset.

Lebih lanjut, Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Mineral Yunus Saefulhak mengatakan bahwa pihaknya memang gencar melakukan evaluasi atas kewajiban yang harus dilaksanakan para pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) termasuk dalam hal pembagunan smelter.

Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, terdapat empat smelter yang dinilai tidak memenuhi kewajiban dan kelanjutan proyek yang tidak jelas termasuk tidak adanya laporan RKAB (Rencana Kerja dan Anggaran Biaya). Melihat fakta tersebut, ESDM akhirnya memutuskan untuk merevisi jumlah smelter yang diproyeksikan dapat beroperasi hingga 2022 mendatang. Dari sebelumnya berjumlah 52 smelter kini menjadi 48 smelter. Namun, Yunus pun belum dapat menjelaskan secara detail terkait 4 smelter mana saja yang mangkrak tersebut. Dirinya hanya menyebutkan jika keempat smelter tersebut terdiri dari 3 smelter nikel dan 1 smelter pasir besi.

Selain itu, sebelumnya ESDM juga menargetkan bahwa jumlah smelter yang diproyeksikan dapat beroperasi pada tahun ini berjumlah 4 smelter. Keempat smelter tersebut antara lain pertama, smelter nikel PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara dengan kapasitas produksi tahunan sebesar 64.655 ton Feronikel. Kedua, smelter timbal PT Kapuas Prima Coal (KPC) di Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah dengan kapasitas produksi 22.924 ton timbal bullion. Ketiga, smelter nikel PT Arthabumi Sentra Industri di Morowali, Sulawesi Tengah yang akan menghasilkan 72.965 ton Nikel Pig Iron. Keempat, smelter mangan yang dibangun oleh PT Gulf Mangan Grup di Kupang, Nusa Tenggara Timur yang akan memproduksi 40.379 ton ferromangan.

Namun melihat kondisi saat ini yang masih tersendat pandemi covid-19, ESDM pun mengatakan bahwa hanya tersisa 2 smelter yang masih memungkinkan untuk beroperasi di tahun 2020 ini. Kedua smelter tersebut yaitu smelter FeNi milik Antam dan smelter timbal milik KPC yang dijadwalkan bisa selesai pada periode kuartal III atau kuartal IV tahun ini. Sedangkan dua smelter lainnya yaitu smelter nikel milik PT Arthabumi Sentra Industri dan smelter mangan yang dibangun oleh PT Gulf Mangan Grup diproyeksikan akan selesai pada tahun 2021 mendatang.

Sumber: https://duniatambang.co.id/

Penulis : Lia Ade Putri
Editor   : Faris Primayudha

Komentar(1)

  1. Antesena Geosurvey

    Reply

    Ground Penetrating Radar Indonesia

Berikan Komentar