Kata-kata yang tidak asing di dunia industri adalah Safety Culture atau Budaya K3. Tulisan “Budaya K3” hampir ada disemua spanduk K3, apalagi pada bulan K3 Nasional.

Apa sih yang disebut Budaya K3?  Lalu, Apa sih budaya itu sendiri?  Banyak definisi budaya dari yang paling canggih sampai yang paling sederhana.  Mari kita ambil definisi budaya yang mudah kita sambungkan dengan safety.  “Budaya adalah kesepakatan suatu kelompok manusia untuk berpola pikir dan berperilaku tertentu yang dianggap tinggi, beretika, bermartabat, bahkan mulia, yang kalau tidak melakukan akan dianggap tidak berbudaya atau tidak bermartabat oleh kelompoknya”.

Dalam budaya Jawa, kalau berjalan di depan orang yang lebih tua harus dengan posisi membungkuk, kepala menunduk, dengan tangan telapak tangan kanan di depan dengan posisi terbuka miring, dan tangan kiri di belakang dengan posisi serupa.  Berjalan seperti itu bukan masalah benar salah, tetapi sudah disepakati oleh komunitas Jawa sebagai sikap dan perbuatan yang sopan, tahu tatakrama, bermartabat dan serta dianggap tinggi.  Akan dianggap tidak tahu sopan-santun dan tidak bermartabat oleh masyarakat Jawa kalau tidak bersikap dan berperilaku seperti itu, karena berjalan dengan cara seperti itu sudah disepakati sebagai salah satu nilai hidup orang Jawa.  Itulah budaya.

Untuk Budaya Safety, prinsipnya juga sama.  Bagaimana kita di dalam satu perusahaan bisa menyepakati bahwa berpola pikir dan berperilaku safety adalah perbuatan yang educated, bermoral, bermartabat, tinggi serta sangat mulia, dan kalau tidak menerapkan safety, akan kita pandang sebagai perbuatan yang uneducated, tidak berpendidikan, tercela bahkan memalukan. 

Proses tersebut tentu saja membutuhkan waktu yang panjang.  Budaya atau kesepakatan memakai nilai hidup yang sama di suatu organisasi tidak tumbuh dalam waktu sehari dua hari.  Budaya perlu waktu bertahun-tahun, puluhan tahun untuk terbentuk dan tumbuh menjadi suatu budaya yang kokoh.  Itupun kalau caranya benar dan leadership pimpinannya kuat.  Kalau caranya salah atau leadership  pimpinannya lemah, budaya yang kita inginkan tidak akan pernah terbentuk, bahkan sampai kiamat ketujuh pun.

Jadi berbudaya safety adalah kesepakatan bersama untuk berpola pikir dan berperilaku safety mengikuti nilai-nilai safety perusahaan.  Kata kunci budaya K3 disini adalah KESEPAKATAN BERSAMA  ………berPOLA PIKIR dan berPERILAKU SAFETY, dan mengikuti NILAI-NILAI  SAFETY dari perusahaan kita.

Maka syaratnya kita harus terlebih dahulu memiliki nilai-nilai safety.  Kalau belum punya nilai safety, lalu apa yang harus dijalankan.  

Ya mari kita buatkan.  Karena kalau gak punya ya gak bisa kita bangun budaya safety.   Sederhananya membuat nilai safety adalah sbb:

  1. Pelajari Value Perusahaan anda
  2. Pilih kata nilai safety yang paling cocok dari contoh ini (Integrity, respect, excellence, accountability, just, commitment, teamwork, trust, innovation, Diversity, Openness, Quality, Honesty, Passion, Collaboration, Commitment, dsb) yang paling sesuai dengan Value Perusahaan.
  3. Lalu kata-kata nilai safety yang sudah anda pilih, satu persatu berikan uraian penjelasan, masing-masing cukup satu kalimat.
  4. Lalu bawa draft nilai-nilai safety tersebut ke dalam meeting Komite KP Level Manajemen untuk direview.
  5. Kalau ada masukan perbaiki, sampai nilai safety tersebut diapprove komite.
  6. Kalau sudah diapprove, selamat, perusahaan anda sudah memiliki nilai-nilai safety.
  7. Buatkan program kerja untuk setiap nilai safety anda, dan bawa ke Management Safety Committee untuk mendapatkan approval.
  8. Review nilai-nilai safety di Meeting Tinjauan Tahunan untuk dipastikan bahwa sudah pas dan tidak perlu direvisi lagi.

Setelah perusahaan anda resmi memiliki NILAI SAFETY, maka tugas anda tinggal menguasai betul nilai-nilai safety tersebut, lalu mengkampanyekannya besar-besaran semenarik mungkin, di semua lini, bahkan sejak proses awal perekrutan karyawan.  Masukkan nilai safety perusahaan ke dalam agenda perekrutan karyawan.  Pertama, sampaikan kepada calon karyawan waktu perkenalan, sebelum tahap wawancara.

Budaya Safety 3Mari kita introspeksi diri yang kita jalankan di perusahaan kita masing-masing selama ini? Sudahkah perusahaan anda memiliki nilai-nilai safety? Sudahkah nilai safety perusahaan Anda dijabarkan menjadi program yang bisa dipraktekkan oleh setiap karyawan menjadi perilaku yang bisa diukur? Sudahkah nilai safety menjadi buah bibir semua pimpinan perusahaan dari paling atas sampai pengawas lapangan?

Kalau belum mari kita tumbuhkan budaya K3 itu?

Untuk itu mari kita mulai sekarang.  Karena Golden Rules kata-katanya sudah jelas hanya dengan membaca, biarlah daftar golden rules tersebut tetap menempel di dinding, membeku dingin tidak usah dikampanyekan lagi. Semua karyawan sudah hafal bahkan mereka tercekam ketakutan kalau tidak melakukan.

Ingatlah bahwa budaya safety adalah kesepakatan untuk berpola pikir dan berperilaku safety sebagai nilai yang baik, tinggi, bermartabat, serta mulia, oleh nilai safety disampaikan serta nilai-nilai perusahan. Kedua, Pembahasan nilai safety diulangi lagi dengan lebih detail pada saat wawancara.

Masukan nilai safety perusahaan kedalam bahan induksi karyawan baru, Pertama nilai-nilai safety di sampaikan setelah nilai-nilai perusahaan. Kedua nilai safety disampaikan lagi dalam sambutan oleh pimpinan (top manajemen) dalam video induksi sebagai bagian dari komitmennya,

Masukkan nilai safety perusahaan kedalam materi induksi area atau lapangan. Setelah itu baru dilanjutkan dengan materi induksi lainnya sampai selesai.

Setelah bekerja rutin, Karyawan baru akan berjumpa ‘nilai safety’ lagi di semua program safety rutin perusahaan dan di semua publikasi perusahaan.

Maka cobalah hitung, dengan cara diatas, berapa kali setiap karyawan baru, mendapat pesan nilai safety perusahaan? Setidaknya mereka sudah mendengar nilai safety sebanyak 5 kali sebelum mereka mulai bekerja, yang disampaikan oleh (1) Bagian perekrutan dari HR sebanyak 2 (dua) kali. (2) Penugas induksi umum sebanyak 1 (satu) kali. (3) Dari pidato top manajemen di dalam video induksi area atau lapangan sebanyak 1 (satu) kali.

Karena itu mari kita kampanyekan besar-besaran dalam bahasa safety yang mulai dan sejuk

Mari kerasnya golden rules pelan-pelan kita tutupi dengan sejuknya golden values, yaitu nilai safety yang masuk ke dalam program kerja sehari-sehari, yang bisa dihayati di dalam hati oleh setiap karyawan, untuk diamalkan oleh mereka menjadi perilaku, yang dilakukan terus menerus menjadi kebiasaan, yang selanjutnya akan menjadi budaya, yaitu kumpulan pola pikir dan perilaku yang mulia dari kita semua di perusahaan kita.

Budaya Safety 2 Budaya Safety 1

Terbit dimajalah KATIGA

Edisi No.70 I Agustus – September I Hal 42 – 43

Berikan Komentar