Menyukai makanan sehat tidak datang sendiri. Kebiasaan makan sehat harus diajarkan kepada anak sejak dini, sebagaimana kita mengajarkan anak kita berjalan, bicara, berhitung, menulis dst. Aneka sayur, buah dan air putih perlu dikenalkan ke lidah anak sejak pertama belajar makan. Kalau anak tidak menyukai sayur, buah, air putih dan maunya hanya junk food, yang salah adalah orang tuanya. Demikian advis seorang ahli psikologi anak di suatu acara TV.
Terbelalak saya mendengarnya. Sesuatu yang sederhana, tetapi mengapa selama ini tidak pernah terpikirkan sama sekali bahwa belajar makan sehat juga harus dimasukkan menjadi salah satu mata keterampilan di “kurikulum” yang kita ajarkan kepada anak kita di awal kehidupan mereka di rumah.
Generasi saya yang lahir dan menghabiskan masa anak-anak di kampung, tanpa diajari sudah terkondisikan untuk hidup sehat. Sayur dan buah tersedia berlimpah ruah di desa, tidak ada pilihan lagi selain makanan tersebut yang harus kita makan. Rebusan sayur disiram sambal pecel dengan lauk sepotong tempe goreng, sudah merupakan hidangan main course yang lezat bagi kami. Apalagi pada masa itu dunia masih steril dari godaan makanan dan minuman instant atau junk food. semua makanan masih serba orisinil datang fresh from the nature, datang langsung dari alam.
Kondisi anak cucu kita saat ini berbeda. Sebagian besar mereka lahir dan dibesarkan di perkotaan atau di lingkungan industri. Menjadi tanggung jawab tangan orang tua tercintanya apakah mereka akan berkenalan dengan yang makanan sehat atau makanan sampah. Ditambah kondisi yang dipenuhi serbuan makanan minuman instant ataupun makanan minuman kemasan di lingkungan aktivitas kehidupan mereka sehari-hari.
Saya baru menyadari betapa berbahayanya makanan dan minuman yang dikonsumsi generasi anak cucu kita ketika saya tengah membaca tips mencegah dan mengobati kanker. Metodenya adalah dengan melaparkan sel kanker dimana kita tidak boleh mengkonsumsi makanan yang mengandung bahan kimia sama sekali. Artinya semua makanan minuman kemasan, daging dan unggas yang dibudidayakan secara modern, serta buah dan sayur yang penanamannya sarat akan penambahan hormon dan semprotan pestisida, jelas semuanya tidak boleh dikonsumsi. Sehingga hanya buah dan sayur yang ditanam secara organik yang bisa dikonsumsi dengan aman.
Sungguh betapa berbahayanya kondisi anak cucu kita, betapa rentannya mereka terhadap serbuan makanan dan minuman mereka sehari-hari yang selama ini kita lihat sebagai wajar-wajar saja. Tidak mengherankan bila diabetes, serangan jantung, stroke, kanker, dan penyakit berat lainnya sudah menjangkiti generasi muda bahkan pada usia mereka yang masih belia pun.
Menyadari kondisi itu semua, kebutuhan mengajari makan sehat kepada anak atau cucu sejak pertama kali belajar makan adalah hal yang sangat penting. Memperkenalkan mereka dengan sayur pelangi dan beraneka macam buah, perlu dilakukan berkali-kali dan terus menerus sampai terbentuk suatu kebiasaan. Hingga selanjutnya kerutinan ini akan tumbuh menjadi salah satu nilai-nilai baik yang akan dianggap sebagai sesuatu yang benar dan mulia oleh anak sampai dewasa bahkan sampai tua.
Salam sehat
Kenyataan bahwa setiap anak selalu fanatik dengan masakan rumah dan selalu merindukannya ketika sudah beranjak dewasa dan hidup terpisah dari orang tuanya, menunjukkan selera lidah bisa dilatih. Ditangan orang tua yang bijaklah, lidah anak kita akan dibiasakan makanan sehat atau makanan sampah.
Berikut ini Keiran (22 bulan), cucu, yang sedang berlatih makan jeruk.