Jurus Menteri ESDM Agar RI Keluar dari 'Kutukan' Impor LPGDefisit neraca dagang masih menjadi pekerjaan rumah pemerintah. Tingginya impor energi ke dalam negeri terutama minyak dan gas (migas) menjadi salah satu faktor utamanya.

Demi memperbaiki defisit neraca migas, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyampaikan salah satu solusinya yakni dengan gas alam yang bisa dimanfaatkan melalui jaringan gas atau jargas. Ironisnya, Indonesia masih bergantung pada impor LPG, untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan bisnis.

Dalam setahun impor LPG kira-kira sebesar US$ 3 miliar atau setara Rp 5 triliun. Impor ini harusnya bisa dihindari dengan langkah strategis dengan memanfaatkan gas alam yang harus dikelola dengan serius, terutama infrastrukturnya.

“Jargas itu bisa mengurangi impor LPG 3 kg, itu yang saya sekarang sedang pertajam,” ungkapnya di Kementerian ESDM, Jumat, (1/11/2019).

Arifin belum berencana mengubah kebijakan harga gas, menurutnya harga gas di Indonesia masih lebih murah dibandingkan dengan negara-negara lain.

“Kalau dibandingkan Malaysia, kita lebih murah, saya ketemu Petronas. Cuma perusahaan tidak boleh rugi jadi memang ini harus saling memahami dan mendukung,” imbuhnya.

“Kalau gas itu komersial, tapi price level lebih murah. Kecuali sama Amerika, mereka punya shale gas. Dulu LNG kita ekspor US$ 12-14 per mmbtu, ” kata Arifin.

Dengan memanfaatkan gas bumi dalam negeri, Arifin ingin bisa memperbaiki defisit neraca migas.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor migas Indonesia mencapai US$ 15,86 miliar. Dari jumlah tersebut, US$ 10,01 miliar di antaranya (63,11%) adalah impor hasil minyak yang tentunya bisa dikurangi jika kilang minyak dan industri petrokimia domestik kuat.

Sumber – www.cnbcindonesia.com

Berikan Komentar