Para insan safety, belum lama ini saya melihat dua tontonan yang menunjukkan bahwa kerutinan itu berbahaya. 

Image_Salah JurusanYang pertama, seorang pramugari yang berparas ayu dan bertubuh good looking, menjadi tidak ada artinya apa-apa ketika ia tampil dengan wajah yang dingin dan body language yang datar pada waktu membantu penumpang boarding.  Kata dan ucapannya yang bermakna membantu menjadi tidak membawa arti apa-apa ketika wajah dan tubuhnya tidak kompak dengan apa bunyi yang keluar dari mulutnya.  Entah karena kebosanan terhadap tugas rutinnya, jadwal yang ketat, atau baru ditegur sang pilot, pada detik-detik itu sang pramugari sudah kehilangan rasa dalam melayani penumpang.  Hatinya sudah tidak hadir sehingga yang terlihat dan dirasakan oleh para penumpang tinggallah sesosok robot yang tanpa roh. 

Yang kedua, pada waktu menghadiri sebuah upacara pernikahan di sebuah rumah ibadah, saya hadir agak awal.  Terlihat jelas senyum lebar tidak pernah lepas dari pasangan calon pengantin yang berbahagia.  Tidak lama kemudian tiba seseorang yang nampaknya petugas tempat ibadah tsb.  Dengan wajah tegas ia menghampiri pasangan itu dan mengatakan bahwa mereka berdua belum melakukan gladi bersih, yang seharusnya dilakukan pada hari-hari sebelum hari pernikahan.  Maka segera berlangsunglah sebuah kursus kilat kepada kedua mempelai, orang tua, saksi dan semua kerabat terlibat, tentang tatacara upacara pernikahan. 

Kursus kilat berlangsung di depan sanak saudara dan handai tolan yang sudah mulai hadir.  Petugas rumah ibadah itu membawakannya dengan fasih dan lancar tanpa catatan.  Langkah demi langkah tata cara upacara  pernikahan ia terangkan dengn baik.  Nampak sekali bahwa ia sudah ahli dan sudah rutin melakukannya.  Mungkin saja pada hari itu ada lebih dari 1 pernikahan yang harus ia layani di tempat ibadah itu.  Proses gladi bersih berlangsung cepat.  Petugas membawakannya sangat lancar.  Yang menarik perhatian saya adalah bahwa ia membawakannya sekedar mengejar target waktu .  Ayat-ayat dan kata-kata mulia tentang tatacara upacara pernikahan yang sakral itu disampaikan dengan wajah dingin dan dengan anggota tubuh yang tidak friendly.  Kerutinan dan tekanan jadwal nampaknya juga telah membuat petugas rumah ibadah tersebut melakukan tugasnya tanpa roh.

Rutinitas memang dibutuhkan untuk memudahkan kita melakukan tugas-tugas menjadi sebuah kebiasaan.  Orang yang baru mulai berolahraga, tantangan terberatnya adalah di awal yaitu membuatnya menjadi sebuah kebiasaan atau rutinitas.  Tetapi rutinitas yang sudah berlangsung lama sangat rawan kehilangan roh apalagi pada waktu bertemu dengan jadwal yang ketat.  Pramugari yang cantik dan petugas rumah ibadah yang ganteng dengan mudah berubah menjadi seonggok benda mati yang hadir tanpa rasa. 

Image_Salah Jurusan 2Sejatinya bagian K3 itu sama seperti sebuah perusahaan jasa. Tugas kita adalah melayani customer.  Siapa customer kita? Customer kita adalah semua karyawan yang ada di perusahaan dimana kita bekerja, tidak pandang jabatan, perusahaan, atau tingkatan di organisasi.  Semua karyawan mitra kontraktor dan sub kontraktor yang bekerja di perusahaan kita termasuk yang harus kita layani. 

Sebagai pelayan keselamatan, peran kita para personel K3 juga membangun kebiasaan-kebiasaan K3 kepada semua karyawan termasuk para pengawas dan manajemen. Kebiasaan mengikuti induksi bagi karyawan baru atau karyawan pindah bagian, kebiasaan memakai APD, kebiasaan cuci tangan sebelum makan, kebiasaan membuang sampah pada tempatnya, kebiasaan memeriksa kondisi unit sebelum mengoperasikan, kebiasaan mengikuti speed limit waktu mengemudi, kebiasaan berhenti di rambu stop, kebiasaan melakukan safety talk, kebiasaan hadir di safety meeting, kebiasaan inspeksi, kebiasaan meeting K3 taskforce, kebiasaan melaporkan kondisi tidak aman, kebiasaan investigasi insiden, kebiasaan mengikuti pelatihan K3 tertentu, dan sejuta kebiasaan-kebiasaan K3 lainnya.

Dalam waktu singkat tugas kita menjadi pelayan keselamatan akan menjadi sebuah kerutinan, sebuah kegiatan yang dilakukan secara berulang sepanjang tahun dan bertahun-tahun.  Pramugari melayani penumpang, petugas rumah ibadah melayani umat, sebagai pelayan keselamatan kita melayani karyawan, yang karena kita lakukan setiap hari sepanjang tahun bahkan sepanjang karier, maka sangat rawan terhadap bahaya kerutinan.  Pramugari, petugas rumah ibadah, dan Insan K3 sama, yang dilayani adalah manusia.  Melayani manusia harus menghadirkan hati. 

Rutinitas dan tekanan jadwal yang ketat sangat mudah membuat kita Insan K3 kehilangan sentuhan hati dalam melakukan tugas. Untuk itu marilah kita mulai peka terhadap tanda-tanda bahaya kerutinan.  Memasuki ruang meeting dengan perasaan jenuh, memasuki ruang kelas dengan sulit bersenyum karena pekerjaan lain menumpuk, adalah beberapa tanda-tanda dimana kita harus mulai waspada terhadap bahata kerutinan. Sensitiflah pada waktu melihat wajah-wajah karyawan yang kita hadapi sudah kehilangan semangat dan antusiasmenya.

Jauh sekali bedanya antara pelatihan induksi dengan hati dan tidak.  Besar sekali perbedaannya antara inspeksi dengan hati dan tidak.  Berbeda hasilnya safety meeting yang dibawakan dengan hati dan yang tidak. Tidak sama hasilnya investigasi dengan hati atau tidak.  Bahkan seperti bumi dan langit beda hasil mengajar dengan hati dan tidak.

Akhirnya, para Insan K3, customer kita adalah manusia.  Untuk itu marilah kita konsisten menghadirkan hati waktu melayani mereka.  Mari kita pasang alarm yang peka terhadap tanda-tanda bahwa layanan kita sudah mulai kehilangan roh. Mari kita jaga agar kehadiran kita di depan karyawan yang kita layani tidak berubah menjadi sebuah robot yang tidak punya rasa lagi.  Tetap S5.

Berikan Komentar