Himpunan Alat Berat Indonesia (Hinabi) memprediksi produksi alat berat tahun ini akan turun. Harga batubara melemah menjadi pemicunya. Kondisi ini berbanding terbalik dengan tahun 2018.
Dari data Hinabi, tercatat pada 2018 produksi alat berat mencapai 7.981 unit. Atau naik 42% dari 2017 sebesar 5.609 unit. Jenis hydraullic excavator masih menjadi penyumbang produksi terbesasr sebanyak 7.109 unit. Diikuti bulldozer 535 unit, 94 motor grader, dump truck 243 unit dan wheel loader.
Jamalludin, Ketua Himpunan Alat Berat Indonesia (Hinabi) menjelaskan target 2019 produksi akan mencapai 7.000 unit. Jumlah tersebut turun dari target tahun 2018 sebanyak 8.000 unit. “Produksi sudah turun sejak kuartal IV-2018. Hal ini karena harga batu bara berkalori rendah yang turun,” kata Jamalludin kepada Kontan.co.id, Minggu (27/1).
Oleh karena itu, Hinabi melihat permintaan alat berat dari sektor tambang tahun ini akan berpindah ke sektor lain. Misalnya dari konstruksi, perkebunan dan kehutanan (forestry). “Hasil penjualan 2019 juga akan ada yang berasal dari carry over produksi 2018,”jelasnya
Sementara itu, Investor Relations Strategist PT Intraco Penta Tbk (INTA), Ferdinand D menjelaskan INTA melalui anak usahanya PT Intraco Penta Prima Servis (IPPS) dan PT Intraco Penta Wahana (IPW) masih optimis bisa tingkatkan penjualan. Meski tidak akan setinggi 2018. “Karena fluktuasi kondisi harga komoditas global,” kata Ferdinand kepada KONTAN, Jumat akhir pekan lalu.
Oleh karena itu, perusahaan membidik penjualan alat berat hanya tumbuh normal diantara 15% sampai 20%. Pada tahun 2018, INTA memasang target pertumbuhan sebesar 30% daripada target 2017.
Adapun jumat lalu, anak usaha PT IPPS membuka dealer alat baru di Surabaya, Jawa Timur. Perusahaan juga mengandalkan produk baru bernama Dressta yang merupakan produk alat berat berupa dozer asal polandia.
Direktur IPPS George Setiadi mengungkapkan bahwa pembukaan cabang pertama di Surabaya ini merupakan wujud komitmen IPPS memberikan layanan yang mudah bagi pelanggankhususnya di wilayah Jawa dan sekitarnya.
“Kami menyadari bahwa kebutuhan alat berat di pulau Jawa masih sangat besar terutama untuk proyek-proyek infrastruktur yang terus digenjot pemerintah. Oleh karena itu kami membuka cabang di Surabaya untuk lebih mendekatkan diri ke konsumen terutama kontraktor-kontraktor infrastruktur maupun pertambangan yang membutuhkan dozer yang berkualitas,” kata George dalam keterangan pers, Jumat (25/1).
Perusahaan penjualan alat berat, PT Intraco Penta Tbk (INTA) juga menutup baik periode 2018. INTA berhasil menjual 930 unit alat berat atau mencapai Rp 1,86 triliun. Naik dari periode 2017 yang hanya berhasil 628 unit atau senilai Rp 1,28 triliun.
Sara K. Loebis, Corporate Secretary PT United Tractors Tbk (UNTR) menjelaskan tahun 2019 target penjualan alat berat mencapai 4.000 unit. Turun dari target 2018 yang mencapai 4.800 unit. “Target penjualan alat berat Komatsu dengan memperhatikan pergerakan pasar dan aktivitas sektor tambang yang mulai stabil,” kata Sara kepada Kontan.co.id, Jumat (25/1).
Sara menjelaskan sejak tahun 2012-2016, aktivitas tambang melambat karena penurunan harga batu bara. Alhasil banyak alat berat yang sudah usang dan belum diganti.
Pada 2017, harga batu bara meningkat yang berdampak kegiatan tambang pulih kembali. Oleh karena itu, pemilik alat berat segera membeli alat-alat baru untuk mengganti yang usang tersebut. Itu sebabnya penjualan alat meningkat pesat di 2017 dan 2018.
“Di tahun ini, keperluan mengganti alat tidak lagi mendesak seperti tahun sebelumnya. Sehingga kemungkinan pemesanan alat berat juga tidak seagresif tahun lalu,” tambahnya. Hingga November 2018, penjualan alat berat UNTR mencapai 4.502 unit. Angka ini naik hampir 30% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, sebesar 3.467 unit.
Sumber –Â https://industri.kontan.co.id