Sabar. Kata yang sangat familiar bagi siapapun. Kata sabar sering dipakai sebagai tutur nasehat atau ekspresi motivasi kepada seseorang yang sedang ditimpa musibah, halangan atau masalah yang lain. Tidak pernah ucapan sabar dipakai menyertai ucapan selamat kepada seseorang yang mendapatkan promosi, naik pangkat, wisuda, meraih medali atau pencapaian prestasi lainnya.
Tidak berbeda di dunia safety, kata-kata sabar kebanyakan hanya dipakai untuk ucapan penghibur kepada korban cedera atau keluarga korban kecelakaan meninggal. Kata sabar tidak pernah digunakan sebagai ucapan motivasi safety.
Bagi teman-teman yang beragama Islam, Allah mendudukkan posisi sabar itu demikian tinggi. Banyak sekali wahyu tentang sabar tersebar di berbagai surat dan ayat di kitab suci Al-Qur’an, yang diantaranya adalah Allah menjanjikan kepada orang yang sabar itu hidup senang (20:130), hidupnya diberkati (2:155), mendapat petunjuk (2:156-157), selalu beruntung (3:200), memperoleh kemenangan (23:111), berkualitas (8:65), dikirim 3000 atau 5000 malaikat untuk menolong (3:124-125), selalu mendapat pertolongan (6:34), dijadikan pemimpin (32:24), disediakan pahala tanpa batas (39:10), diberikan surga VVIP (25:75), selalu disertai Allah (2:153), disukai oleh Allah (3:146), dan masih banyak lagi keistimewaan yang diberikan oleh Allah kepada orang yang sabar.
Jika Allah mendudukkan kesabaran pada derajat yang demikian tinggi, tentu ada tujuannya. Itu bukan sekedar kebetulan. Lalu bagaimana bila kita lihat kesabaran dari kacamata safety? Apakah ada korelasinya?
Sudah menjadi persepsi umum bahwa safety itu identik dengan kedisiplinan, pematuhan peraturan, penegakan aturan, penindakan pelanggaran, dan orang safety dianggap sebagai penegak peraturan atau penindak pelanggaran, bahkan seringkali orang safety dicap sebagai orang yang pekerjaannya mencari-cari kesalahan.
Sekarang apakah ada kaitan antara disiplin dan sabar? Ternyata sangat berkaitan sangat erat. Orang yang disiplin tidak bisa dipungkiri sesungguhnya ia adalah orang-orang yang sabar. Hanya orang yang sabar yang bisa disiplin. Sebaliknya orang yang tidak disiplin jelas adalah bukan orang yang sabar. Mengapa? Berikut cerminan perilaku sabar:
- Untuk disiplin memakai Alat Pelindung Diri (APD) selama bekerja, perlu kesabaran.
- Untuk disiplin melakukan Program Pemeriksaan Harian (P2H) dulu sebelum mengemudi kendaraan, perlu kesabaran.
- Untuk bekerja disiplin mengikuti langkah-langkah Job Safety Analysis (JSA), memerlukan kesabaran.
- Untuk disiplin mematuhi batas kecepatan berkendaraan, menuntut kesabaran.
- Untuk disiplin berhenti di rambu STOP meski tidak ada yang melihat, butuh kesabaran.
- Untuk disiplin berhenti di lampu merah pada waktu jalanan lengang, sangat menguji kesabaran.
- Untuk disiplin tetap memakai kacamata di area perbengkelan yang sebagian besar karyawan disitu tidak memakai tanpa ditegur, sungguh menguras kesabaran.
- Untuk disiplin mengurus work permit terlebih dahulu sebelum bekerja di ruang terbatas, butuh kesabaran.
- Untuk disiplin melakukan Lock Out Tag Out (LOTO) sebelum melakukan perbaikan peralatan di tempat yang dia sendirian disitu, memerlukan kesabaran.
- Untuk disiplin turun dari tangga dan memindahkannya agar tidak menjangkau keluar tangga terlalu jauh, hanya dilakukan oleh orang yang sabar.
- Untuk mengambil dan memakai full body harness untuk pekerjaan mengganti lampu di ketinggian yang mengerjakannya hanya beberapa menit, perlu kesabaran.
- Untuk menahan diri tidak melihat handphone yang berbunyi ketika sedang mengemudi, itu perlu kesabaran.
- Untuk minggir dulu dan berhenti untuk menerima telepon yang masuk, memerlukan kesabaran.
- Untuk menyimpan kulit kacang sebelum menemukan tempat sampah, menuntut kesabaran
Jelas sekali untuk bisa bekerja safe menuntut kedisiplinan yang tinggi dan super konsisten. Untuk disiplin perlu kesabaran yang istiqomah.
Terjawablah sudah mengapa Allah beserta dengan orang-orang yang sabar, mendudukkan orang yang sabar pada derajat yang sangat tinggi, yaitu Allah beserta orang yang sabar, karena hanya orang yang sabar yang mampu konsisten mentaati peraturan termsuk bidang safety dimanapun dan dalam kondisi apapun.
Sedang yang masih sering melanggar aturan safety, mereka itulah adalah orang yang tidak sabar, yang jauh dari pertolongan Allah.
Kini bekerja safe bukan hanya dalam rangka menjadi karyawan yang baik, tetapi sekaligus juga bernilai ibadah, dan bahkan lebih dari itu juga merupakan tiket ke surga VVIPnya Allah.
Orang yang bekerja aman adalah orang yang disiplin.
Ini Daftar Perusahaan Peraih Penghargaan Indonesia Mining Services Awards 2022
Inspeksi The Leader Way
Ketangguhan sistem K3 kita diuji
Cambuk bagi profesional safety
Menyukai makanan sehat tidak datang sendiri. Kebiasaan makan sehat harus diajarkan kepada anak sejak dini, sebagaimana kita mengajarkan anak kita berjalan, bicara, berhitung, menulis dst. Aneka sayur, buah dan air putih perlu dikenalkan ke lidah anak sejak pertama belajar makan. Kalau anak tidak menyukai sayur, buah, air putih dan maunya hanya junk food, yang salah adalah orang tuanya. Demikian advis seorang ahli psikologi anak di suatu acara TV.
Terbelalak saya mendengarnya. Sesuatu yang sederhana, tetapi mengapa selama ini tidak pernah terpikirkan sama sekali bahwa belajar makan sehat juga harus dimasukkan menjadi salah satu mata keterampilan di “kurikulum” yang kita ajarkan kepada anak kita di awal kehidupan mereka di rumah.
Generasi saya yang lahir dan menghabiskan masa anak-anak di kampung, tanpa diajari sudah terkondisikan untuk hidup sehat. Sayur dan buah tersedia berlimpah ruah di desa, tidak ada pilihan lagi selain makanan tersebut yang harus kita makan. Rebusan sayur disiram sambal pecel dengan lauk sepotong tempe goreng, sudah merupakan hidangan main course yang lezat bagi kami. Apalagi pada masa itu dunia masih steril dari godaan makanan dan minuman instant atau junk food. semua makanan masih serba orisinil datang fresh from the nature, datang langsung dari alam.
Kondisi anak cucu kita saat ini berbeda. Sebagian besar mereka lahir dan dibesarkan di perkotaan atau di lingkungan industri. Menjadi tanggung jawab tangan orang tua tercintanya apakah mereka akan berkenalan dengan yang makanan sehat atau makanan sampah. Ditambah kondisi yang dipenuhi serbuan makanan minuman instant ataupun makanan minuman kemasan di lingkungan aktivitas kehidupan mereka sehari-hari.
Saya baru menyadari betapa berbahayanya makanan dan minuman yang dikonsumsi generasi anak cucu kita ketika saya tengah membaca tips mencegah dan mengobati kanker. Metodenya adalah dengan melaparkan sel kanker dimana kita tidak boleh mengkonsumsi makanan yang mengandung bahan kimia sama sekali. Artinya semua makanan minuman kemasan, daging dan unggas yang dibudidayakan secara modern, serta buah dan sayur yang penanamannya sarat akan penambahan hormon dan semprotan pestisida, jelas semuanya tidak boleh dikonsumsi. Sehingga hanya buah dan sayur yang ditanam secara organik yang bisa dikonsumsi dengan aman.
Sungguh betapa berbahayanya kondisi anak cucu kita, betapa rentannya mereka terhadap serbuan makanan dan minuman mereka sehari-hari yang selama ini kita lihat sebagai wajar-wajar saja. Tidak mengherankan bila diabetes, serangan jantung, stroke, kanker, dan penyakit berat lainnya sudah menjangkiti generasi muda bahkan pada usia mereka yang masih belia pun.
Menyadari kondisi itu semua, kebutuhan mengajari makan sehat kepada anak atau cucu sejak pertama kali belajar makan adalah hal yang sangat penting. Memperkenalkan mereka dengan sayur pelangi dan beraneka macam buah, perlu dilakukan berkali-kali dan terus menerus sampai terbentuk suatu kebiasaan. Hingga selanjutnya kerutinan ini akan tumbuh menjadi salah satu nilai-nilai baik yang akan dianggap sebagai sesuatu yang benar dan mulia oleh anak sampai dewasa bahkan sampai tua.
Salam sehat
Kenyataan bahwa setiap anak selalu fanatik dengan masakan rumah dan selalu merindukannya ketika sudah beranjak dewasa dan hidup terpisah dari orang tuanya, menunjukkan selera lidah bisa dilatih. Ditangan orang tua yang bijaklah, lidah anak kita akan dibiasakan makanan sehat atau makanan sampah.
Berikut ini Keiran (22 bulan), cucu, yang sedang berlatih makan jeruk.
Perlu disyukuri dalam menjalankan tugas menciptakan tempat kerja yang aman dewasa ini, telah disuguhkan di hadapan kita beraneka ragam perangkat pencegahan kecelakaan yang tinggal dipakai. Baik perangkat pencegahan kecelakaan yang dilakukan saat pra kontak atau sebelum kecelakaan, saat kontak atau ketika terkena kecelakaan, maupun yang harus dijalankan paska kontak atau setelah kecelakaan.
Jenisnya pun juga bermacam-macam, mulai dengan yang paling terkenal seperti inspeksi, observasi, investigasi, safety meeting, safety talk, induksi, refresher, prosedur, Job Safety Analysis (JSA), sampai dengan Training Need Analysis (TNA), matrix training, Alat Pelindund Diri (APD), keselamatan bahan kimia, P3K, tanggap darurat, fire protection, audit, kepemimpinan K3, psikologi keselamatan, dan masih banyak sekali macamnya. Ini semua kembali kepada pilihan kita untuk mengkombinasikannya.
Setiap jenis perangkat tersebut memiliki filosofi, fungsi dan peran pencegahan kecelakaan masing-masing yang unik. Sehingga di dalam mengelola program pencegahan kecelakaan di organisasi perusahaan, kita ditantang untuk jeli meramu jenis-jenis perangkat tersebut menjadi sebuah resep yang paling tepat dibutuhkan perusahaan. Selain itu, kita juga dituntut memakai daya kreativitas yang tinggi untuk tidak ragu atau merasa tabu memakai jurus ATM (amati, tiru, modifikasi) untuk mendapatkan khasiat maksimal dari program yang kita desain dan jalankan.
Kali ini penulis akan membahas perangkat pencegahan kecelakaan yang namanya JSA dan prosedur.
Sejak pertama mengenal JSA pada tahun 1984-an, penulis dijelaskan bahwa salah satu pertimbangan memakai JSA adalah ketika belum ada prosedur. Ditanamkan pengertian bahwa JSA dan prosedur itu perannya saling menggantikan. Saat belum ada prosedur wajib dibuatkan JSA, setelah ada prosedur JSA tidak diperlukan lagi.
Dalam perjalanannya, ketika semakin mendalami penerapan keduanya di lapangan, penulis mulai melihat bahwa JSA dan prosedur masing-masing memiliki peran pencegahan kecelakaan yang berbeda dan keduanya dibutuhkan. Waktu kita sudah mulai memilah-milah risiko, rendah sekali, rendah, medium, tinggi dan tinggi sekali contohnya, semakin yakin bahwa kita memerlukan keduanya bila ingin program pencegahan kecelakaan kita mujarab.
Yang memprihatinkan, setelah 33 tahun berlalu, pesan normatif bahwa kalau sudah ada prosedur tidak perlu dibuatkan JSA, masih mendarah daging masuk ke dalam pikiran banyak insan K3.
Mari kita urai satu persatu perbedaan JSA dan prosedur:
- Prosedur adalah standar kerja aman yang harus diikuti. Tidak mengikuti dianggap sub standard atau pelanggaran. Sedangkan JSA adalah panduan pekerja untuk melakukan suatu tugas (task) yang risikonya tinggi, yang dengan teliti menguraikan tugas menjadi langkah-langkah sederhana, mengenali bahaya di setiap langkahnya, kemudian menetapkan cara mengendalikan setiap bahaya, untuk menyelesaikan suatu tugas dengan selamat.
- Prosedur biasanya disusun berawal dari kebutuhan aturan yang diminta oleh elemen atau sub elemen dari suatu sistem keselamatan yang kita pakai, meskipun bisa juga prosedur lahir karena kebutuhan adanya kepastian hukum di lapangan. Sedangkan kebutuhan membuat JSA lebih disebabkan karena kebutuhan panduan rinci bagi pekerja untuk bisa mengerjakan suatu tugas yang berisiko tinggi atau sangat tinggi dengan benar dan selamat. Apalagi tidak jarang suatu tugas terpapar beberapa risiko tinggi atau sangat tinggi sekaligus.
- Sehingga penulisan prosedur biasanya dimulai dengan mempelajari daftar elemen dan sub elemen sebuah sistem yang harus dibuatkan prosedur, dengan urutan penulisan disesuaikan dengan kebutuhan tahapan penerapan sistem tersebut. Sebaliknya, penyusunan JSA biasanya diawali dengan pendataan tugas yang berisiko tinggi atau sangat tinggi yang dimiliki oleh setiap jabatan, dan prioritas penulisannya dimulai dari tugas yang akan dikerjakan terlebih dahulu.
- Penyusunan prosedur biasanya dilakukan oleh insan K3 dan atau level manajemen, karena berhubungan dengan kewenangan menetapkan standar aman yang tegas, yaitu batas hitam putih antara yang harus dipenuhi dan yang tidak boleh dilanggar. Sedangkan penyusunan JSA harus dilakukan oleh mereka yang menguasai detil cara mengerjakan tugas itu, sehingga mampu menguraikan langkah-langkah tahapan pengerjaan tugas itu dengan benar. Karenanya yang paling tepat membuat JSA adalah pengawas garis depan yang bertanggung jawab pada bidang tugas itu, bahkan sering kali harus dibantu secara intensif oleh pekerja yang sehari-harinya rutin mengerjakan tugas itu.
- Perbedaan posisinya di dalam hirarki kendali dimana posisi JSA berada di bawah prosedur, menyebabkan perbedaan tingkat approvalnya. Approval terhadap JSA bisa dilakukan oleh penjabat yang lebih rendah daripada pejabat yang memberikan approval terhadap prosedur, sehingga waktu yang dipergunakan untuk menyusun dan mendapatkan approval JSA biasanya jauh lebih cepat. Bahkan dalam keadaan mendesak, JSA bisa dibuat dan diapprove dalam semalam.
- Hal yang lain, prosedur tidak mencantumkan potensi bahaya, sedangkan JSA mencantumkan potensi bahaya di setiap langkahnya. Tidak jarang dalam satu langkah mengandung lebih dari satu potensi bahaya.
- Karena sifatnya sebagai standar pemenuhan dan pelanggaran di suatu perusahaan, prosedur yang sama dapat berlaku di semua departemen dan tempat kerja. Setiap tempat kerja cukup mengidentifikasi bagian mana dari prosedur itu yang berlaku untuk areanya, hal ini berbeda dari JSA yang lebih menekankan pada tindakan nyata dan spesifik yang harus dilakukan khusus untuk mengerjakan tugas itu di tempat itu. Bahkan tidak jarang untuk jenis pekerjaan yang sama tetapi dilakukan di tempat yang berbeda, tidak bisa memakai JSA yang sama, karena tempat yang berbeda ada kemungkinan membutuhkan langkah kerja yang berbeda, sehingga potensi bahayanya berbeda, dan cara pengendaliannyapun juga berbeda.
- Secara umum bisa disimpulkan bahwa JSA merupakan perangkat pencegahan kecelakaan yang langsung bisa dipakai oleh pekerja. JSA lebih friendly bagi pekerja. Berbeda dengan prosedur, di mana ada yang berlaku dan ada yang tidak bagi pekerja di tugasnya masing-masing sehingga memerlukan bantuan pengawas untuk memutuskan, JSA wajib diikuti secara penuh oleh pekerja dari awal sampai akhir.
Dari pembahasan di atas, saya menyimpulkan bahwa prosedur dan JSA keduanya sama-sama dibutuhkan. Prosedur wajib dimiliki agar perusahaan memiliki aturan K3 yang pasti untuk seluruh kegiatan operasinya. JSA pun wajib dibuat, untuk setiap tugas yang memiliki potensi bahaya sangat tinggi atau bahkan yang tinggipun, untuk memberikan panduan ketat bagi pekerja mengerjakan tugasnya langkah per langkah dengan benar dan aman. Sesuai hirarki kendalinya yang berada di bawah prosedur, JSA harus ditinjau kembali isinya pada waktu prosedur di atasnya lahir atau direvisi, untuk memastikan tidak ada yang bertentangan.
Bila prosedur dan JSA diimplementasikan secara berdampingan, kepastian di dalam mengendalikan risiko akan lebih besar daripada bila hanya mengandalkan prosedur saja. Manfaat lain dari penerapan JSA adalah kesempatan untuk bisa melibatkan pekerja untuk ikut serta di dalam proses penyusunan salah satu aturan K3 di tempat kerja mereka. Pelibatan (engagement) pekerja di dalam pengelolaan program K3 berkontribusi besar di dalam road map membangun budaya K3 di perusahaan kita, karena pekerja akan lebih mudah menerima aturan K3 yang mereka buat sendiri, dibandingkan sekedar mengikuti prosedur yang dibuatkan untuk mereka.
Saya meyakini bahwa JSA tidak tabu untuk di-ATM asal hal itu dilakukan untuk membuatnya lebih tajam menjadi panduan pekerja melakukan tugas di lapangan, dan tidak keluar dari filosofi dasar dari JSA itu sendiri sebagai salah satu perangkat pencegahan kecelakaan. Sehingga tidak terjadi tumpang tindih dengan peran perangkat pencegahan kecelakaan yang lain.
Kalau begitu, berapa banyak JSA yang harus dibuat di sebuah perusahaan? Jawabannya, ya sebanyak tugas yang terpapar risiko sangat tinggi dan tinggi di perusahaan itu. Membiarkan pekerja menjalankan tugas berisiko sangat tinggi atau tinggi tanpa JSA adalah sama saja kita menjalan program K3 berbasis asumsi. Yaitu mengasumsikan bahwa pekerja sudah mengerti bagian mana dari prosedur yang berlaku untuk mengerjakan tugasnya, mengasumsikan bahwa pekerja sudah otomatis akan melakukan langkah-langkah kerja yang benar, berasumsi bahwa pekerja akan bisa mengenali potensi bahaya sangat tinggi dan tinggi, dan mengasumsi bahwa mereka sudah mengerti cara pengendaliannya. Pakai JSA untuk bisa mengendalikan risiko tinggi dengan pasti.
Nantikan beberapa artikel tentang JSA selanjutnya.
Dimuat dalam majalah KATIGA No. 62/Th.VIII/2016
Ini Daftar Perusahaan Peraih Penghargaan Indonesia Mining Services Awards 2022
Inspeksi The Leader Way
Ketangguhan sistem K3 kita diuji
Cambuk bagi profesional safety
Confined Space atau ruang terbatas adalah ruang tertutup atau sebagian tertutup yang cukup besar untuk seorang pekerja masuk. Ruang terbatas dapat tertutup pada semua sisi (misal, tanki) atau terbuka pada dua sisi (misal, conveyor). Ruang terbatas tidak dirancang untuk suatu pekerjaan yang tetap. Ruang terbatas diakses pada kondisi yang diperlukan seperti pemeriksaan, pemeliharaan, perbaikan dan pembersihan. Ruang terbatas biasanya tidak memiliki ventilasi yang cukup, penerangan yang cukup, tidak ada akses jalan yang cukup (pintu masuk yang besar atau tangga) dan terbatas untuk pergerakan pekerja. Berikut adalah contoh dari ruang terbatas:
|
|
Risiko bekerja di ruang terbatas antara lain:
|
|
Bekerja di ruang terbatas dengan aman
1. Mengidentifikasi ruang terbatas
2. Membuat tanda bahaya ruang terbatas
3. Memberikan informasi kepada pekerja
|
|
Praktek | 1. Identifikasi apakah di tempat kerja anda terdapat area kerja ruang terbatas? Dimana saja? Apakah rambu-rambu sudah terpasang?
2. Siapa saja yang berwenang memasuki area kerja ruang terbatas? Tindakan pencegahan apa yang dilakukan sebelum memulai bekerja di area ruang terbatas? 3. Apa yang anda lakukan jika rekan Anda memasuki area kerja ruang terbatas tanpa izin kerja? |
Pembangunan kesadaran K3 di tanah air ini terasa sangat lamban. Dalam mengikuti aturan K3, sebagian besar baru dalam rangka menunaikan kewajiban sebagai karyawan terhadap perusahaan. Mengenakan Alat Pelindung Diri (APD) atau alat keselamatan lain baru sebatas agar tidak terkena tindakan disiplin. Memimpikan K3 menjadi nilai-nilai hidup yang tumbuh subur di dada setiap insan pekerja nampaknya masih jauh. Mayoritas insan industri masih hidup di dua dunia, yakni dunia berdisiplin K3 di tempat kerja dan dunia merdeka tanpa aturan K3 di luar area kerja.
Yang lebih menyedihkan lagi, fenomena ini bukan hanya milik pekerja di level bawah tetapi juga para pengawas dan mereka yang duduk di level manajemen menengah maupun puncak. Terlebih, mereka yang sehari-harinya sudah dikenal umum sebagai orang baik di tempat kerja, di keluarga dan di masyarakatpun masih belum bisa menerima bahwa tindakan melanggar aturan K3 adalah termasuk perbuatan dosa yang ancamannya neraka, dan bahwa mengikuti aturan K3 adalah tergolong sebagai amal soleh yang pahalanya surga.
Sehingga mereka para orang terpandang tersebut kita dapati dalam kesehariannya dengan enteng tidak memakai seat belt, tanpa APD, berkendaraan melebihi batas kecepatan, tidak berhenti di rambu stop, ber HP an sambil mengemudi, tidak menghadiri meeting K3, melanggar SOP, membiarkan anak istrinya tidak memakai seatbelt, mengendarai motor tanpa memakai helm, dst masih banyak lagi, tanpa rasa malu, bersalah, apalagi berdosa.
Masalahnya, kalau contoh-contoh ketidak disiplinan terhadap K3 tersebut diperagakan oleh para orang-orang terpandang di perusahaan kita, dampak negatifnya sangat besar dalam menghambat upaya membangun kesadaran K3 pekerja di perusahaan. Maka upaya untuk mengajak para orang baik dan terpandang itu untuk selalu berbuat safe, yaitu istiqomah tidak melakukan pelanggaran K3 sekecil apapun di dalam pekerjaan maupun di luar pekerjaan, akan berkontribusi besar dalam usaha menanamkan kesadaran para pekerja bahwa berbuat safe itu adalah perbuatan baik yang tergolong amal soleh.
Maka yang perlu kita bersama mencari jawabannya adalah, mengapa para orang baik yang sehari-harinya sudah tertanam rasa takut berdosa apabila tidak sholat tepat waktu, kalau malas bersedekah, jika lalai mencium tangan para sesepuh, bila bolong sholat dhuha atau sholat rawatib, kalau enggan menyantuni fakir miskin, tetapi sebaliknya tidak merasa berdosa kalau melanggar batas kecepatan kendaraan, tidak takut berdosa kalau tidak memakai full body harness, tidak takut berdosa kalau mengendarai kendaraan tanpa simper, tidak takut berdosa kalau tidak membuatkan JSA untuk anak buahnya, tidak takut berdosa kalau tidak melakukan pengawasan pada anak buahnya, dst-nya? Sampai-sampai, tidak sedikit pengawas dan manajemen, bahkan insan K3 yang terang-terangan tidak memakai seatbelt di luar jam kerja, jenis pelanggaran K3 yang ia berikan tindakan disiplin apabila dilakukan oleh pekerja di tempat kerja.
Apakah benar bahwa urusan K3 hanyalah urusan dunia yang tidak ada pertanggungjawaban akhiratnya? Apakah benar pengertian bahwa urusan K3 hanyalah urusan karyawan dengan perusahaannya dan tidak ada hubungan dengan amal soleh yang bernilai ibadah? Apakah benar bahwa mengikuti aturan keselamatan kerja itu hanya sekedar kewajiban sebagai karyawan dan tidak termasuk amal perbuatan yang berhadiah surga atau berimbasneraka? Apakah benar bahwa perbuatan mengikuti aturan pemerintah Kepmen 555K/1995, Permen 38/2014 SMKP Minerba, UU no 1/1970, dsb-nya itu hanya urusan memenuhi kewajiban perusahaan pertambangan dan perusahaan jasa pertambangan pemegang IUP dan IUJP kepada pemerintah tanpa ada lanjutannya setelah kita mati?
Jawaban saya TIDAK. Pemenuhan K3 adalah amal soleh yang diganjar surga dan pelanggaran K3 diancam neraka. Mari kita telusuri sejenak bagaimana Allah menurunkan ayat-ayat untuk urusan penerapan safety.
- Kata-kata selamat disebut di AQ paling sedikit di 71 ayat yang tersebar di 30 surat. (diantaranya Al-Furqan [25]: 75, Ar-Ra’d [13]: 24, Al-Hashr [59]: 23)
- Melindungi anggota tubuh kita dengan memakai APD adalah perwujudan syukur kita kepada Allah atas karunia tubuh yang sehat. ( Ibrahim [14]: 7, Ali-‘Imran [3]: 145)
- Alat pelindung diri sudah ada sejak nabi Daud, kenapa saat ini kita masih menganggapnya berat? ( Al-‘Anbya’ [21]: 80, Saba’ [34]: 10,11)
- Manusia diwajibkan berupaya untuk selamat atau paling sedikit mendukung semua upaya untuk selamat. ( At-Tawbah [9]:105, Ar-Ra’d [13]: 11, An-Najm [53]: 39)
- Memelihara kesehatan, keselamatan adalah tugas manusia. ( Al-‘Anbya’ [21]: 80, Al-Ma’idah [5]: 32)
- Profesional adalah bekerja total sesuai kemampuan agar kegiatan bisa diselesaikan dengan selamat. ( Hud [11]: 121, 93, Az-Zumar [39]: 39)
- Setiap karyawan memiliki kewajiban mengikuti semua peraturan perusahaan termasuk aturan K3 sebagai imbalan dari hak gaji yang telah kita terima setiap bulan. ( Al-‘Isra’ [17]:34, Al-Ma’idah [5]: 1, Ali-‘Imran [3]: 76)
- Bekerja amanah (terpercaya) adalah salah satu etika bekerja dalam Islam. Tentu tidak ada di antara kita yang mau disebut munafik karena tidak amanah. (Qs.An-Nisa [4] : 58)
- Konsisten mengikuti SOP memerlukan kesabaran yang tinggi. Allah menyediakan surga VVIP untuk orang-orang yang sabar. ( Al-Baqarah [2]: 249, Al-Furqan [25]: 75, Ar-Ra’d [13]: 24, dan masih banyak lagi)
- Kualitas orang yang disiplin adalah 10 kali lipat orang yang tidak disiplin. ( Hud [11]: 112, Al-‘Asr [103]: 2, Al-‘Anfal [8]: 65, 66)
- Diharamkan surga bagi yang mengambil bukan hak orang lain tanpa ijin. Menerobos lampu merah adalah mengambil hak orang lain. (Qs.An-Nisa [4] : 29)
- Kebersihan adalah sebagian dari iman. ( Al-Muddatstsir [74]: 4, At-Tawbah [9]: 108)
- Manusia diangkat sebagai khalifah di muka bumi untuk bisa bekerja dan melakukan fungsi kepemipinan untuk mengajak anak buah bekerja dengan aman. ( Al-‘An-‘am [6]: 165, Fatir [35]: 39, Al-‘Anbya’ [21]: 73)
- Tidak melindungi tubuh dengan APD adalah perbuatan aniaya, perbuatan yang dibenci oleh Allah. ( Al-Kahfi [18]: 87, An-Nisa [4]: 97, Yunus [10]: 44)
- Membuat kerusakan di muka bumi adalah perbuatan yang dimurkai Allah. ( Al-‘Ankabut [29]: 36, Al-Qasas [28]: 4, 77)
- Berbuat adil wajib dilakukan di tempat kerja, termasuk di dalam menerapkan K3 di lapangan. ( Ar-Rahman [55]: 7-9, Ash-Shu’ara [26]: 15, Al-Ma’idah [5]: 8)
Sekarang, masih ragukah bahwa berbuat aman itu adalah amal soleh yang bernilai ibadah dan melanggar aturan K3 adalah perbuatan tercela yang membawa dosa?
Teman-teman sekalian, marilah kita menjadi orang baik yang safe, marilah kita ajak anak buah kita menjadi karyawan baik yang safe, karena keteladanan ini memiliki pengaruh yang sangat besar bagi tumbuh kembangnya kesadaran K3 seluruh pekerja di perusahaan kita. Terimakasih.
Tunggu artikel selanjutnya, seri K3 menurut ayat. Masukan untuk membuat tulisan ini lebih lengkap dalam mengkampanyekan bahwa berbuat safe adalah perbuatan baik, sangat dihargai.
Langkah utama dari proses investigasi insiden adalah mengumpulkan informasi dan data sebanyak-banyaknya yang berkaitan dengan insiden tersebut. Lengkap tidaknya informasi yang diperoleh akan menentukan kedalaman sebuah investigasi, keakuratan analisa penyebab kecelakaan, serta tingkat ketepatan tindakan perbaikan dan pencegahan yang direkomendasikan. Oleh karena itu, upaya untuk mencegah agar kecelakaan serupa tidak akan terjadi lagi di waktu yang akan datang, banyak ditentukan dari keberhasilan tim investigasi di dalam menghimpun data dan informasi dari kecelakaan tersebut. Dalam kegiatan pengumpulan informasi, dikelompokkan menjadi 4 P yaitu Position atau Place (TKP), Part (peralatan), Paper (dokumen), dan People (manusia).
Mengumpulkan informasi dari 3P pertama adalah relatif mudah karena berhubungan lebih dengan benda mati. Tetapi mencari informasi dari P yang keempat yaitu People, lebih sulit karena berhubungan dengan manusia yang mempunyai perasaan dan banyak kemauan. Salah satu perangkat yang banyak dipakai untuk mendapatkan informasi dari unsur manusia adalah wawancara. Namun tidak semua wawancara mampu membuat saksi memberikan informasi yang dibutuhkan. Hanya melalui teknik wawancara yang menghadirkan hati kita akan bisa mendapatkan informasi yang benar dan memadai yang dibutuhkan oleh proses investigasi tersebut.
Informasi dari unsur manusia yang diperoleh melalui wawancara ini bersifat sangat krusial, karena tanpa info dari wawancara ini, data dari 3P yang lain tidak akan banyak berarti. Tanpa wawancara maka hubungan antara data TKP, data Peralatan dan data Dokumen bisa kabur, dan menyesatkan. Sehingga kemahiran melakukan wawancara dengan sentuhan rasa sangat krusial untuk dimiliki oleh tim investigasi
Di dalam proses investigasi, manusia yang diwawancarai adalah para saksi baik saksi langsung maupun saksi tidak langsung. Karena manusia memiliki kemauan dan perasaan, maka proses aksi-reaksi selama pelaksanaan wawancara sangat menentukan. Aksi yang dilakukan terhadap saksi pada tahap pra wawancara, selama wawancara, dan paska wawancara, sangat menentukan reaksi apa yang akan diberikan kepada tim investigasi. Dia akan membantu proses investigasi atau tidak, dia menyampaikan fakta yang sebenarnya atau tidak, dia akan berbicara jujur atau bohong, dia akan menyampaikan informasi semuanya atau sebagian, itu semua sangat tergantung pada apa yang ia rasakan sejak pra sampai paska wawancara.
Seseorang hanya akan membeberkan informasi kecelakaan dengan panjang lebar kepada orang yang dia rasakan memberi rasa aman dan nyaman. Sebaliknya, seseorang tidak akan terbuka kepada orang yangtidak dikenal, seseorang tidak akan sembarangan mau memberikan informasi kepada orang yang tidak dipercaya, seseorang tidak akan berterus terang kepada orang yangtidak memberikan rasa taman.
Untuk mendapatkan kepercayaan dari saksi, terdapat beberapa langkahyang bisa dilakukan:
- Pertama, lakukan wawancara di tempat yang memiliki privacy, artinya tidak ada kegiatan lain yang mengganggu proses wawancara, serta dijamin tidak ada pihak ketiga yang bisa ikut mendengarkan atau melihat proses wawancara. Proses saksi mengungkapkan kejadian kecelakaan akan terpotong dan terganggu bila sebentar-sebentar ada orang yang masuk atau lewat.
- Kedua, Ciptakan suasana yang nyaman, dengan sambutan lisan yang hangat serta body language yang bersahabat. Atur ruangan yang menciptakan suasana bahwa proses wawancara ini adalah proses win-win, yaitu antara pewawancara dan yang diwawancarai memiliki hubungan yang seimbang, tidak ada satu lebih tinggi dari yang lain. Jauhkan kata-kata atau tindakan yang membuat saksi menjadi merasa terancam atau dihakimi.
- Ketiga, Lakukan wawancara satu lawan satu, jangan borongan atau keroyokan.
- Wawancara borongan, yaitu dua saksi atau lebih diwawancarai oleh satu pewawancara secara bersamaan. Wawancara borongan ini tidak disarankan karena para saksi akan saling terpengaruh oleh keterangan dari saksi yang lain. Mereka akan menjadi bias mana yang ia lihat sendiri dan mana yang ia dengar dari saksi yang lain. Mewawancarai lebih dari satu saksi secara bersamaan hanya dibutuhkan jika dibutuhkancrosscheck pernyataan berbeda dari 2 orang saksi atau lebih.
- Wawancara keroyokan, yaitu satu saksi diwawancarai oleh lebih dari satu pewawancara. Wawancara keroyokan memiliki masalah tersendiri. saksi akan merasa diadili, sehingga ia akan bersifat defensive atau membela diri semaksimal yang ia bisa lakukan, bahkan sering pertaruhan hidup mati. Selain itu saksi akan sulit menaruh kepercayaan kepada dua, tiga, empat orang sekaligus sampai pada tingkat ia bisa merasa aman dan nyaman untuk terbuka.
- Keempat, Pilih pewawancara yang netral. Hindari menugaskan pewawancara yang punya hubungan khusus dengan yang akan diwawancarai, termasuk hubungan baik maupun hubungan tidak baik. Keduanya akan membuat wawancara berjalan tidak fair. Jadikan hal ini bahan pertimbangan di dalam menetapkan siapa akan diwawancari oleh siapa.
- Kelima, Ketika memulai wawancara, lakukan pendekatan untuk membangun kepercayaan saksi terlebih dahulu, jangan langsung loncat ke inti wawancara. Buka dengan percakapan yang bisa membuat saksi menaruh kepercayaan kepada . terdapat beberapa tips yang bisa dipertimbangkan untuk dilakukan:
- Terima saksi dengan ramah dan jauhkan kesan menakutkan.
- Ucapkan rasa turut berdukacita yang mendalam, bila saksi memiliki hubungan khusus dengan korban kecelakaan, seperti teman kerja, anak buah, saudara, dan sebagainya .
- Sampaikan bahwa anda memiliki tanggung jawab moral kepada korban dan keluarganya untuk bisa mengungkap penyebab kecelakaan .
- Sampaikan bahwa anda dan saksi sama-sama punya tanggung jawab moral, dan anda tidak bisa melakukan tugas investigasi ini tanpa kerjasama dan bantuan saksi.
- Sampaikan bahwa tujuan investigasi kecelakaan adalah untuk mencari apa yang salah, bukan mencari siapa yang salah. Cairkan suasana dengan memperkenalkan diri dilanjutkan dengan meminta saksi untuk memperkenalkan diri.
- Sampaikan maksud dan tujuan dari wawancara, aturan mainnya, serta apabila anda akan memakai alat rekam suara, atau alat tulis.
- Sampaikan di depan bahwa anda ingin mendengar hanya apa yang saksi lihat atau rasakan sendiri, bukan yang didengar dari orang lain.
- Lakukan semua percakapan pembukaan ini dengan akrab, selingi dengan minta pendapatnya, serta amati body languagenya untuk melihat apakah saksi sudah mulai bisa menaruh kepercayaan kepada anda.
- Kalau sudah, lanjutkan dengan wawancara.
- Kalau belum, jangan lanjutkan dengan wawancara. Ulangi percakapan pendekatan di atas. Periksa apakah body language anda sudah sejalan dengan kata-kata yang anda ucapkan, atau anda melakukannya baru sekedar formalitas dan belum menghadirkan hati.
- Keenam, Kalau saksi sudah terlihat nyaman dan sudah menaruh kepercayaan kepada anda, barulah teruskan dengan masuk ke substansi wawancaranya sendiri.
- Ketujuh, Pelihara kepercayaan saksi selama berjalannya wawancara sampai selesai. Pada waktu saksi mulai nyaman mengungkapkan informasi secara terbuka, jangan dipotong, jangan langsung menembak dengan menyalahkannya, ingat bahwa tujuan investigasi ini adalah mencari APA yang salah, bukan SIAPA yang salah.
Dimuat dalam majalah KATIGA No. 61/Th.VIII/2016
Kesalahan terbanyak mahasiswa dalam program tugas akhir atau magang (TAM) adalah tidak mengenali perusahaan tempat TAM dengan baik, judul TAM yang diminta tidak sesuai dengan kondisi perusahaan, tidak membuat Pra TAM Checklist yang memadai sebelum melaksanakan TAM, melakukan TAM asal-asalan saja sekenanya, tidak ikut terlibat kegiatan informal selama masa melakukan TAM, membatasi diri dan tidak mau membantu orang lain selain mentor yang ditunjuk oleh perusahaan, dsb. Ketidaksesuaian topik TAM dengan kondisi perusahaan adalah faktor terbesar ditolaknya proposal TAM. Contohnya, proposal TAM yang ditujukan kepada perusahaan mengambil topik program paska tambang, tetapi di perusahaan itu sendiri program paska tambangnya belum siap untuk menjadi bahan TAM.
Kalau TAM sudah merupakan agenda pasti perkuliahan, mengapa tidak anda rencanakan jauh-jauh hari sejak semester-semester awal dengan persiapan yang matang? Kenapa tidak sedini mungkin anda mulai membidik perusahaan-perusahaan favorit untuk tempat TAM anda nanti?
Banyak yang tidak menyadari betapa kritikalnya TAM untuk kelanjutan nasib anda setelah ijazah sarjana ada di tangan anda. TAM adalah kesempatan anda untuk memasarkan siapa anda kepada perusahaan tempat TAM sebagaimana seorang salesman memperkenalkan produk barunya kepada sebuah perusahaan. TAM adalah kesempatan emas, yang kemungkinan besar hanya datang sekali dalam hidup anda, untuk itu sayang sekali apabila anda tidak memanfaatkan program TAM sebagai kesempatan emas memamerkan kebolehan anda ke perusahaan tempat TAM. Diam-diam perusahaanpun sebenarnya juga berharap bahwa dari para mahasiswa TAM ada bintang-yang bisa memperkuat tim perusahaan ke depan. Dan waktu 3 bulan selama TAM sudah lebih dari sangat cukup bagi perusahaan untuk melihat konsistensi seorang bintang.
Indikator TAM anda berjalan sukses adalah mudah. Apabila di akhir TAM anda dipesan untuk bekerja di perusahaan itu setelah lulus kuliah, berarti TAM anda sukses. Apabila sampai pamit pulang tidak ada yang menawari anda untuk bergabung, itu artinya anda bukan bintang, anda hanya biasa-biasa saja. Dan ingat bahwa orang biasa-biasa tidak akan menjadi apa-apa. Sebaliknya, selalu ada tempat untuk bintang. Perusahaan bisa mengadakan posisi untuk bintang untuk bintang kapan saja.
Sekarang semuanya ada di tangan anda. Peluang emas TAM ini apakah akan anda hadapi dengan all out atau akan anda biarkan lewat seperti angin lalu. Melalui TAM Tuhan sudah memberikan kesempatan kepada anda untuk bisa memamerkan kebolehan anda kepada perusahaan selama 90 hari, akan anda pakai atau tidak, semuanya di tangan anda.
Berikut ini berapa tips yang perlu anda ketahui agar bisa lulus TAM sebagai bintang.
Perencanaan TAM
- Pilih perusahaan yang akan anda jadikan tempat untuk TAM. Jangan tanggung-tanggung, bidik perusahaan-perusahaan papan atas. Sebaiknya anda membidik 3 perusahaan sekaligus. Rencanakan ini jauh hari sejak semester-semester awal.
- Sejak itu mulai kenali dan pelajari baik-baik perusahaan yang anda pilih. Sejak anda menetapkan pilihan, berikan perhatian khusus kepada perusahaan tersebut, sehingga anda memahami betul hal-hal unik dan khusus tentang perusahaan itu, seperti nilai-nilai perusahaan, visi, misi, area operasi perusahaan, kantor pusat, pejabat eksekutif, BOD, dsb.
- Setelah memahami perusahaan tersebut dan cocok dengan Anda, mulailah menetapkan topik TAM yang tepat untuk diajukan ke perusahaan itu. Buat beberapa topik untuk didiskusikan bersama dosen pembimbing anda.
- Mendekati semester-semester terakhir, cari tahu apa requirement dari perusahaan incaran Anda, bagaimana prosedur pengajuan TAM, serta pahami program-program undegraduated student yang ditawarkan. Beda perusahaan, beda program yang dimiliki.
- Kuasai subyek TAM anda. Buat judul TAM yang sesuai benar untuk perusahaan, jangan membuat satu judul yang “All size” atau “fit to all”
- Upayakan mengusulkan TAM anda untuk jangka waktu selama 3 bulan. Lebih bermanfaat untuk tugas akhir 3 bulan daripada mengambil 2 program dengan durasi 2 bulan dan sebulan. Yang penting pastikan bahwa anda memahami dan mengikuti program di perusahaan tersebut.
- Ajukan proposal TAM anda dan berkas-berkas administrasi lainnya yang dibutuhkan ke perusahaan yang anda pilih. Pastikan sudah lengkap dan tidak ada yang tertinggal. Beberapa perusahaan meminta permohonan TAM diajukan 6-12 bulan sebelumnya.
- Umumnya universitas memfasilitasi dan menjembatani mahasiswa melangsungkan TAM di perusahaan. Aktiflah bertanya dan menggali informasi kepada petugas departemen atau fakultas Anda. Bisa saja perusahaan incaran Anda adalah perusahaan yang sudah bekerja sama dengan fakultas Anda.
- Lakukan tahap-tahap di atas terhadap 3 perusahaan yang telah anda pilih
Persiapan TAM
- Setelah proposal anda disetujui, persiapkan benar-benar TAM anda
- Kenali dan pelajari teknis operasi perusahaan yang akan berkaitan dengan judul TAM anda
- Kenali aturan setempat, seperti pakaian yang dipakai, jam masuk dan pulang kerja, jam istirahat, jam buka kantin, jadwal kendaraan angkutan karyawan,
- Buat Pra TAM Checklist yang berisi daftar apa yang perlu anda lihat dan informasi apa yang perlu anda peroleh selama 3 bulan di perusahaan.
- Tanyakan bentuk output apa saja yang dibutuhkan oleh perusahaan pada akhir TAM nanti. Biasanya yang dibutuhkan diakhir TAM adalah print out hasil laporan TAM, formulir penilaian, timesheet, dll.
Jikalau yang anda temui adalah perusahaan yang tidak siap menerima anda dan membiarkan anda melakukan TAM sendiri. APA YANG AKAN ANDA LAKUKAN? BENGONG? Nantikan jawabannya pada artikel TAM bagian 2!
Jikalau yang anda temui adalah perusahaan yang tidak siap menerima anda dan membiarkan anda melakukan TAM sendiri. Hal itu bisa saja karena mereka tidak mengerti konten TAM anda atau mentornya yang terlalu sibuk atau tidak mau repot. Anda jangan menyerah. Yang perlu anda lakukan adalah:
− Jangan diam dan bengong.
− Ambil inisiatif buat rencana kegiatan TAM anda sendiri.
− Ajukan usulan rencana kegiatan anda kepada mentor
− Minta masukan dari mentor.
− Minta anda dikenalkan dengang semua orang yang anda akan hubungi, minimal dengan surat pengantar.
− Update mentor anda secara rutin tentang perkembangan program TAM anda
− Di akhir TAM sebutkan apresiasi yang besar kepada mentor tentang terlaksananya TAM dengan baik, baik secara tertulis pada laporan atau hasil TAM anda atau secara lisan pada saat sambutan atau pamitan.
Pesan K3
- Ikuti induksi K3 dengan baik. Jadikan induksi sebagai forum mendapatkan informasi awal sebanyak-banyaknya, yang pasti anda butuhkan waktu memulai TAM.
- Ikuti semua aturan K3 perusahaan seratus persen. Kultur di semua industri terutama di industri tambang berbeda dengan di luar tambang. Di tambang, semua rambu K3 (seperti kecepatan 40 km/jam, dilarang merokok, pakai APD, dst), tulisan-tulisan petunjuk, peringatan atau larangan (seperti “Jangan berHPan waktu mengemudi”, “Tempat sandal” di sebuah rak, “Tempat piring kotor” di kantin, “Jangan beri makan beruk” “Kembalikan setelah pakai”, dst) harus diikuti sepenuhnya. Ada tindakan disiplin untuk setiap pelanggaran, selain anda akan terlihat sebagai orang aneh di lingkungan itu.
- Jangan celaka selama TAM, tetapi kalau anda cedera sekecil apapun, anda harus melaporkan kepada mentor anda saat itu juga. Jangan sampai menyembunyikan kecelakaan, karena sanksinya sampai dengan PHK.
- Pandai-pandailah mengatur waktu, mengatur makan, mengatur istirahat agar anda tidak jatuh sakit. Semua agenda panjang TAM anda akan hilang begitu sajabila anda celaka atau sakit.
Pelaksanaan TAM
- Diskusikan kurikulum dan target TAM dari perkuliahan dengan mentor yang ditunjuk di hari pertama TAM. Lakukan adjustment untuk menyesuaikan dengan kondisi aktual di perusahaan bila diperlukan.
- Tunjukkan daftar Pra TAM Checklist yang telah anda buat dan minta bantuan mentor untuk bisa menyelipkannya pada jadwal TAM anda.
- Tanyakan apa ada harapan tertentu dari perusahaan untuk anda kerjakan selama TAM.
- Tetapkan jadwal kerja selama 3 bulan, pecah menjadi jadwal mingguan, dan jadwal harian, agar target TAM perkuliahan, target Pra TAM Checklist dan harapan dari perusahaan tercapai semua.
- Manfaatkan masa TAM untuk mencicipi, ikut membaur dan bahkan hanyut secara emosional dengan suasana kerja dan kultur yang berlaku di perusahaan itu.
- Buat setiap hasil kerja anda sempurna, baik dari sisi kuantitas, kualitas, ketepatan waktu. Ingat selama TAM, anda sedang menampilkan kebolehan anda. Jadi buat setiap orang di perusahaan itu terpukau pada anda.
- Dalam waktu luang ulurkan bantuan kepada siapa saja di departemen di mana anda melakukan TAM meski tidak diminta.
- Ikuti kegiatan formal dan terlibatlah dalam aktivitas informal perusahaan sebanyak-banyaknya, sekaligus untuk menjalin silaturahmi seluas-luasnya.
- Ikuti pelatihan-pelatihan K3 internal perusahaan sebanyak-banyaknya, tetapi jangan sampai mengganggu target utama TAM anda. Diskusikan semua ini dengan mentor anda.
- Persiapkan presentasi akhir anda seperti sebuah laga hidup mati. Pastikan hasil TAM anda juga memberikan masukan yang berguna untuk perusahaan.
Paska TAM
- Ikuti prosedur administrasi yang diperlukan setelah program TAM Anda selesai, baik yang diperlukan dari fakultas maupun dari perusahaan (seperti : print out hasil laporan TAM, formulir penilaian, timesheet, dll). Dan pastikan semua dokumen dari perusahaan yang anda butuhkan, sudah lengkap semua sebelum anda meninggalkan perusahaan setelah selesai TAM. Hal ini untuk menghindari anda bolak-balik kontak mentor di perusahaan untuk dokumen yang kurang.
- Pamit satu persatu sebelum pulang kepada orang-orang yang sudah membantu Anda selama di perusahaan
- Minta nomor hp dan alamat email mereka satu persatu
- Kirim Email atau WA ucapan terimakasih kepada semua yang telah membantu anda.
- Kirimkan ucapan Idul Fitri atau Natal Tahun Baru kepada mereka untuk memelihara silaturahmi.
Lalu……lihat hasilnya. Kalau anda bintang, anda pasti akan kembali ke perusahaan itu setelah lulus.
Selamat.
Berbicara tanpa ilmu seperti petualang yang berjalan tanpa arah dan tujuan. Mereka tidak memliki target yang hendak dicapai. Perjalanan yang jauh, namun bekal yang sedikit. Kesulitan dan kepayahan akan datang pada waktunya. Berbeda dengan orang yang berilmu, ketika mereka berpetualang arah dan tujuan yang hendak dicapai sudah jelas serta bekal yang disiapkan telah mencukupinya. Intinya, sangat berbeda antara orang yang berilmu dengan tidak berilmu.
Salah satu tugas bagian K3 adalah Develop yaitu mengembangkan dan meningkatkan kesadaran (awareness) bagi karyawan lain terkait Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), salah satu bentuk programnya adalah memberikan training, konsultasi dan komunikasi yang efekif, sebagaimana yang tertera di dalam standar dan regulasi.
Sedikit kita refresh terkait tugas dari bagian K3 yang ada di Permen EDSM No.555K tahun 1995 butir c yang berbunyi “memberikan penerangan dan petunjuk-petunjuk mengenai K3 kepada semua pekerja tambang dengan jalan mengadakan pertemuan-pertemuan, ceramah-ceramah, diskusi-diskusi, pemutaran film, publikasi dan lain sebagainya.” Sedangkan di dalam standar sistem manajemen K3 di dalam salah satu klausulnya mengatur tentang komunikasi, partisipasi dan konsultasi. Kedua referensi di atas adalah salah satu dari tugas bagian K3.
Selanjutnya, apa yang harus dipersiapkan?
Penulis akan memberikan beberapa poin untuk manambah dan memperbanyak referensi sebelum memberikan advice sebagaimana judul dari tulisan ini dibuat. Poinnya sebagai berikut:
- Standar sistem manajemen K3.
Memahami persyaratan standar yang ada di dalam sistem manajemen K3 akan memberikan pengetahuan dan pemahaman yang sistematis, terencana dan terukur. Apabila ada suatu permasalahan K3 yang perlu dilakukan perbaikan, maka solusi yang diberikan melalui pendekatan secara sistem manajemen akan lebih menyeluruh (komprehensif).
- Regulasi yang mengatur tentang K3.
Persoalan K3 tidak terlepas dari regulasi, karena K3 berbicara tentang hak asasi manusia yang paling mendasar. Keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan adalah harapan dari semua pekerja selama mereka bekerja. Oleh karenanya, regulasi yang berupa peraturan dan perundangan dibuat untuk melindungi mereka. Sebagai bagian dari K3, sangat penting untuk mengetahui dan memahami regulasi yang berlaku dan selalu update, sehingga pada saat memberikan advice bisa tepat sasaran dan dapat dipertanggungjawabkan.
- Standar teknis dalam dan luar negeri.
Dengan berkembangnya teknologi saat ini, maka akan muncul bahaya dan risiko baru. Namun tidak perlu khawatir karena para enginer pastinya sudah mempertimbangkan dan memperhatikan aspek K3 dari apa yang diciptakannya. Kita mengenal adanya manual book, technical standard, safety instruction dan semisalnya yang mana tujuannya adalah untuk memberikan guidance kepada user tentang cara penggunaan suatu alat atau mesin yang aman. Oleh karena itu, penting bagi seorang praktisi K3 untuk mempelajari standar teknis baik dari dalam maupun luar negeri.
- Prosedur internal perusahaan.
Tidak kalah penting sebelum memberikan advice adalah penguasaan prosedur internal perusahaan bagi praktisi K3, karena rangkaian aktifitas yang ada di dalam internal perusahaan pastinya berdasarkan prosedur yang dibuatnya. Tanpa menguasai prosedur di internal perusahaan akan menyulitkan kita dalam memberikan advice yang tepat.
- Sharing knowledge sesama praktisi K3.
Kebijakan tentang standar K3 di setiap perusahaan berbeda-beda. Kemajuan, tingkat awareness dan keberhasilan implementasi K3 juga berbeda. Ada organisasi yang standarnya penerapan K3-nya sudah bagus, ada yang sedang membangun, juga ada yang baru akan memulai. Ini adalah peluang bagi sesama praktisi K3 untuk Sharing Knowledge (berbagi pengetahuan) tentang K3, sehingga akan menambah referensi keilmuan K3 sebelum memberikan advice.
5 (lima) poin di atas yaitu kuasai standar SMK3, regulasi, standar teknis, prosedur internal dan sharing knowledge merupakan salah satu diantara banyak cara yang bisa digunakan untuk memperbanyak referensi sebelum memberikan advice bagi yang memerlukannya. Ilmu K3 sangatlah luas, bukan hanya masalah menggunakan APD atau melakukan pengecekan Fire Estinguisher (APAR) saja. Oleh karena itu sudah menjadi keharusan bagi bagian K3 untuk meng-upgrade diri agar lebih bermanfaat bagi orang lain dimana pun mereka bekerja. Salam Safety First!
Oleh: Ashari Sapta Adhi