Para produsen batubara tampaknya tak peduli dengan tidak stabilnya harga batubara tahun ini. Mereka masih terus melancarkan aksi korporasi dengan melakukan akuisisi lahan-lahan tambang batubara. Seperti diketahui, harga batubara pada kuartal I-2018 pernah melesat sampai US$ 100,86 per ton.
Salah satu perusahaan yang gencar melancarkan akuisisi adalah anak usaha Sinarmas Group, PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS). Perusahaan ini pada akhir Mei ini segera merampungkan akuisisi PT Barasentosa Lestari.
Presiden Direktur GEMS, Bonifasius mengungkapkan, kegiatan akuisisi tidak hanya melihat dari kecenderungan harga batubara. Nilai yang bisa diperoleh oleh perusahaan dalam akuisisi adalah kegiatan jangka panjang. “Jadi tidak bisa semata-mata di lihat short term, tapi harus melihat secara jangka panjang,” kata Bonifasius kepada Kontan.co.id, Rabu (16/5).
Ia menilai, harga batubara dalam jangka panjang akan kembali naik berdasarkan kelangkaan produksi batubara. Maka dari itu, kegiatan akuisisi lahan tambang perusahaan pertambangan pada tahun ini merupakan langkah yang tepat. “Jadi akuisisi ini, in the long run pasti memberikan value added,” ungkapnya.
Cadangan batubara yang diketahui pada Barasentosa Lestari mencapai 200 juta ton dengan kalori berkisar 4.500 kilokalori (kcal) per kg-5.000 kcal per Kg. GEMS menyiapkan nilai akuisisi sekitar US$ 65 juta.
Sumber pendanaan sendiri berasal dari cash flow internal. “Perseroan pada akhir maret 2018, mencatatkan cash bank position sebesar US$ 197 juta,” tandasnya.
Selain GEMS, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) bersama EMR Capital, perusahaan pengelola private equity asal Australia, telah meneken perjanjian mengikat untuk mengakuisisi 80% saham Rio Tinto di tambang batubara kokas Kestrel. Nilai total konsiderasi transaksi tersebut sebesar US$ 2,25 miliar.
Head Corporate Communication ADRO Febriati Nadira bilang, pihaknya melaksanakan rencana strategis agar tumbuh secara anorganik dengan menyelesaikan akuisisi tambang batubara Kestrel dari Rio Tinto. Langkah ini menandai usaha pertama yang berhasil di luar Indonesia.
Kegiatan akuisisi ini, kata Ira – panggilan Nadira- sebagai diversifikasi dan memperkuat bisnis inti penambangan batubara ADRO. Sehingga, bisnis penambangan batubara ADRO sekarang memiliki dua pilar. Yakni batubara termal yang cocok untuk pembangkit tenaga listrik dan batubara metalurgi, komponen penting dalam pembuatan baja.
Akuisisi ini memperkuat posisi Adaro di pasar batubara metalurgi. “Kami memiliki aspirasi bahwa ketika Indonesia menjadi negara industri, kami dilengkapi dengan salah satu kebutuhan dasar, batubara metalurgi, dan dapat memberikan dukungan penuh kami untuk kemajuan bangsa,” terangnya kepada Kontan.co.id, Selasa (16/5).
Sayang, ia belum ingin memberitahu dari mana dana dalam akuisisi ini. “Masih proses, nanti kalau sudah selesai akan di informasikan,” tandasnya.
PT ABM Investama Tbk (ABMM) juga terus berusaha merampungkan akuisisi. Saat ini, mereka mengincar sekitar 125 site pertambangan baru yang. Hanya saja sampai saat ini masih terbentur masalah harga yang belum cocok. Alhasil, proses akuisisi lahan masih dalam tahap negosiasi harga.
Direktur Keuangan ABMM Adrian Erlangga mengatakan, untuk mendukung pembelian akuisisi itu, pihaknya mendapatkan dukungan dari dua bank dengan kisaran nilai sekitar US$ 200 juta dan US$ 150 juta. Sementara dana dari kas internal US$ 150 juta. Sehingga totalnya mencapai US$ 500 juta. “Aktivitas akuisisi ini sangat intens, day to day target akuisisi bulan lalu. Tidak mudah, coalini lebih banyak cerita dari logistik kami hati-hati sekali,” tandasnya.
Sumber – https://industri.kontan.co.id