Momentum berperan besar terhadap keberhasilan penerapan suatu program apapun termasuk safety. Ojek payung akan laris hanya pada waktu hujan, dan momentum terbaik adalah jam pulang kantor. Kepekaan mendeteksi adanya momentum dan bisa memakainya dengan baik akan berdampak besar terhadap tingkat keberhasilan suatu program, pun pada program keselamatan kerja.
Sebetulnya, apa yang disebut momentum? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi umum momentum/mo·men·tum/ /moméntum/ n 1 saat yang tepat; 3 kesempatan.
Momentum biasanya tidak bertahan lama. Momentum itu hanya singkat. Momentum cepat basi. Tergantung kasusnya, momentum bisa berusia dalam hitungan tahun, bulan, minggu, hari, tapi ada juga yang hanya hitungan jam, menit atau bahkan detik.
Kondisi mental karyawan yang shock akibat adanya kecelakaan kerja di perusahaannya atau di perusahaan lain, bisa hanya berusia dalam hitungan hari. Artinya, apabila kita ingin mengambil peluang dari kondisi ini untuk membangun kesadaran serta mengajaknya membenahi program safety tertentu, waktu yang paling tepat adalah sesegera mungkin pada hari-hari setelah terjadinya kecelakaan.
Contoh lain, jika ingin sukses melakukan penggalangan dana dari masyarakat untuk membantu suatu bencana, momentumnya paling hanya bertahan 1-2 minggu. Itupun kalau pemberitaan tentang bencana itu diangkat terus menerus oleh media sosial atau meeting-meeting dalam kurun waktu tersebut. Oleh karena itu, untuk menyukseskan program safety kita, disamping unsur-unsur mengenali masalah, memahami audience, membuat action plan, berbagi peran, melibatkan karyawan, dsb kita perlu menambahkan unsur memanfaatkan “momentum”. Lebih khusus lagi karena masa basi “momentum” sangat pendek.
Banyak momentum yang tidak bisa kita rencanakan, sehingga ketika momentum itu tiba, tidak ada pilihan kecuali kita harus mengalahkan agenda-agenda lain yang sudah direncanakan jauh hari sebelumnya.
Tetapi sesungguhnya momentum bisa diciptakan.
Jenis kegiatan safety yang terbanyak bisa menciptakan momentum adalah pelatihan. Pelatihan yang baik akan menghasilkan peserta yang memahami pengetahuan tentang topik pelatihan dengan baik, memiliki keterampilan menjalankannya, serta termotivasi kuat untuk menerapkan di lapangan segera setelah usai pelatihan. Sekembali ke tempat kerja itulah momentum tertinggi. Ketika karyawan kembali ke lapangan belum ada program untuk menerapkan pelatihan yang baru diselesaikannya, tidak mendapat sambutan positif atau dukungan dan arahan dari atasannya, maka motivasi mereka untuk menerapkan akan punah dalam waktu singkat.
Mengapa momentum itu penting? Karena pada moment-moment itulah state of mind seseorang atau sekelompok orang sedang di puncak kesiapan menerima sesuatu. Kondisi emosi mereka sedang terbuka untuk diisi sesuatu. Attitude mereka dalam keadaan paling siap untuk menangkap sesuatu. Ibaratnya seperti gelas yang sudah dikosongkan dan sangat siap untuk diisi minuman apapun. Itulah momentum.
Momentum harus dikenali dan dimanfaatkan sebaik-baiknya sebelum basi. Sebaliknya sebelum menerapkan suatu program, lakukanlah sesi semacam awareness agar momentum itu terbentuk. Momentum biasanya menyertai kondisi-kondisi di bawah ini:
Event
|
Perilaku menyia-nyiakan momentum
|
Gunakan momentum secara maksimal
|
|
- Investigasi TKP lengkap baru dilakukan setelah dapat berita dari tim medis bahwa kondisi cedera korban serius
|
- Lakukan investigasi TKP segera tanpa tunda sebelum bekas-bekas hilang karena cuaca atau aktivitas manusia.
|
- Wawancara saksi langsung kecelakaan
|
- Beberapa saksi langsung diijinkan pulang untuk dilanjutkan wawancara keesokan harinya
|
- Untuk memperoleh informasi yang original tanpa pengaruh atau tekanan, wawancarai semua saksi langsung kecelakaan sampai selesai sebelum mereka diijinkan.
|
|
- Puas dengan membebankan penyebab kecelakaan hanya pada satu orang dan telah memberinya tindakan disiplin
|
- Tindak lanjuti dengan audit kasus, untuk mengetahui seberapa jauh penyebab kecelakaan jenis itu telah menjadi common practice di seluruh area operasi perusahaan.
|
- Paska mendapat penalty dari pemerintah
|
- Masih berpikir kecil dan lokal
|
- Kesempatan memperbaiki strategi besar penerapan keselamatan termasuk pola hubungan kerja dengan para mitra kerja kontraktor yang selama ini mungkin telah menjadi penghambat efektivitas penerap program yang dibatasi oleh isi kontrak kerja dengan mereka.
|
|
- Setelah pelatihan selesai perusahaan belum menyiapkan program penerapan yang terukur, setiap peserta sekedar diminta kesadarannya untuk menerapkan topik training itu sendiri-sendiri
|
- Persiapkan program penerapan topik yang ditrainingkan itu sebelum pelatihan dimulai, sehingga usai pelatihan peserta bisa langsung menerapkan tanpa ada waktu kosong
|
- Karyawan pulang training dari luar jobsite
|
- Tidak ada kegiatan yang berbeda, semua berjalan normal-normal saja.
|
- Usai pelatihan, karyawan harus diberikan akuntabilitas, bisa membuat program baru atau memodifikasi program yang sudah ada.
|
- Paska safety induction perusahaan
|
|
- Berikan karyawan baru induksi area kerja dan bila perlu diteruskan dengan on the job training dimentori oleh karyawan yang senior.
|
Menyiapkan program yang bisa mewadahi penerapannya adalah sama pentingnya dengan memberikan pelatihan itu sendiri. Menyiapkan program yang harus dijalankan untuk karyawan yang dikirim pelatihan eksternal, sama pentingnya dengan membiayai mereka pergi training.
Marilah kita siapkan program penerapannya bersamaan dengan menyiapkan pelatihannya. Mari kita manfaatkan setiap momentum untuk menghasilkan penerapan program safety setinggi-tingginya. Selamat.
Terbit dimajalah KATIGA
Edisi No.67 I Agustus – September 2018 I Hal 49