Sejumlah emiten tambang batubara berhasil mencatatkan kinerja yang solid berkat kenaikan harga batubara global. Sejumlah emiten produsen batubara kompak mencatatkan kenaikan pendapatan dan laba bersihnya di semester I-2021. Sebut saja PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), dan PT United Tractors Tbk (UNTR).

Head of Research RHB Sekuritas, Andrey Wijaya mengatakan, kinerja beberapa emiten seperti UNTR, ADRO, dan PTBA masih sejalan dengan proyeksi RHB Sekuritas. Namun, Andrey menilai kinerja ITMG sepanjang semester I-2021 berada di atas ekspektasi yang dipasang.

Dalam laporannya, Andrey menyebut realisasi harga jual rata-rata atau average selling price(ASP) ITMG cukup meyakinkan di kuartal II-2021, didukung oleh harga rata-rata batubara Newcastle di atas US$ 100.00 per ton, naik 90% secara year-on-year (YoY).

Andrey mengatakan, produksi batubara global kemungkinan meningkat di kuartal ketiga 2021, tetapi permintaan terhadap batubara juga masih kuat. “Kondisi ini menyebabkan harga batubara Newcastle tetap tinggi sampai dengan akhir Agustus ini,” terang Andrey kepada Kontan.co.id, Rabu (1/9).

Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Juan Harahap menilai, solidnya harga batubara diproyeksi akan berlanjut di semester ini. Salah satu pendorongnya adalah permintaan batubara termal China yang masih akan meningkat, didukung oleh konsumsi listrik yang lebih tinggi. Tingginya konsumsi seiring cuaca dingin dan kering yang terjadi di semester II-2021.

Juan mencatat bahwa output listrik China dari pembangkit listrik termal rata-rata berkontribusi 70,6% dari total output listrik dalam lima tahun terakhir. Di sisi lain, India sebagai salah satu konsumen terbesar berpotensi perlu mengimpor lebih banyak batubara termal untuk jangka panjang.

Juan menilai, naiknya impor batubara India karena produksi di India diperkirakan tidak akan naik (berkembang) seiring dengan isu lingkungan. Hal ini membuat investor tidak tertarik untuk menawar tambang batubara di India. Di sisi lain, menurut Bloomberg, permintaan batubara dari Negara dengan penduduk terbesar kedua tersebut berpotensi naik 6% YoY di tahun ini akibat adanya pemulihan ekonomi.

Hemat Juan, tingkat produksi akan terus berlanjut di semester ini karena banyak produsen batubara telah menyerahkan rencana penambangan baru mereka kepada pemerintah.

Dengan menimbang faktor tersebut, Mirae Asset Sekuritas menginisiasi rating overweight pada sektor batubara. Meskipun terdapat potensi penurunan permintaan batubara dalam jangka panjang karena berkembangnya energi terbarukan, pasar batubara Indonesia masih cukup potensial terutama terkait permintaan dari India dan China.

Mirae Asset Sekuritas menjadikan saham PT Indo Tambangraya Tbk (ITMG) sebagai pilihan utama (top picks). ITMG dinilai sangat terkonsentrasi di bisnis batubara termalnya.

 

Selain itu, ITMG memiliki porsi ekspor terbesar diantara emiten yang menjadi peers di sektor ini, yang akan berdampak positif bagi kinerjanya. ITMG juga memiliki imbal hasil (yield) dividen yang tinggi. Juan merekomendasikan beli saham ITMG dengan target harga Rp 22.800.

Selain ITMG, Juan juga merekomendasikan beli saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dengan target harga Rp 2.900 dan beli saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dengan target harga Rp1.600.

“Risiko dari rekomendasi kami ialah harga batubara global yang lebih rendah dan adanya perubahan regulasi,” terang Juan.

Sementara Andrey merekomendasikan beli saham ITMG dengan target harga Rp 20.000, beli saham ADRO dengan target harga Rp 1.675, beli saham PTBA dengan target harga Rp 3.000, dan beli saham UNTR dengan target harga Rp 29.800.

Sumber: https://investasi.kontan.co.id/

Berikan Komentar