Tambang Bawah Tanah Freeport Bakal Membentang 1000 KmIndeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 8,8 poin atau naik 0,14% ke level 6.146,40, Rabu (25/9). Namun, beberapa sektor saham masih mengalami penurunan, salah satunya sektor pertambangan yang turun 0,15%. Secara year to date, sektor pertambangan melemah 8,79%.

Pada perdagangan, Selasa (24/9) kemarin, saham-saham di sektor tersebut juga kompak anjlok pasca pemerintah mengumumkan menunda pengesahan RUU Minerba.

Sektor pertambangan menjadi kontributor terbesar dengan penurunan mencapai 1,71%. Beberapa saham yang menurun kemarin diantaranya adalah saham PT United Tractors Tbk (UNTR) melemah 4,07%; PT Adaro Energy Tbk (ADRO) turun 5,47%; PT Vale Indonesia Tbk (INCO) 4,71%; dan PTIndika Energy Tbk (INDY) 2,54%.

Sementara di sesi perdagangan hari ini, harga saham UNTR dan INCO, masing-masing masih turun 0,35% dan 1,65%. Sedangkan ADRO naik 1,16%, serta INDY stagnan di harga penutupan kemarin. Lantas apa yang menyebabkan saham emiten tambang turun?

Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony menyatakan penurunan kemarin lebih kepada ketidakpastian pengesahan RUU tersebut. Menurutnya, pengesahan RUU Minerba dapat berdampak positif atau negatif.

“RUU tersebut lebih membahas area konsesi tambang. Sehingga yang terdampak adalah perusahaan yang izinnya akan habis dalam 1-2 tahun ke depan,” ujar Chris kepada Kontan pada Rabu (25/9).

Chris menilai penurunan kemarin itu adalah sentimen jangka pendek. Penundaan RUU Minerba hanya menjadi penambah kondisi pertambangan saat ini.

Sementara, faktor lain yang berperan penting terhadap penurunan hari ini dan kemarin ialah harga komoditas yang tak stabil. Terlebih lagi, hari ini harga komoditas seperti batubara masih terkoreksi.

Hal yang serupa juga dinyatakan oleh analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama. Ia mengatakan sentimen domestik mengenai penundaan pengesahan RUU Minerba menjadi faktor tambahan.

“Walaupun ditunda, tapi ke depannya RUU Minerba harus bisa mengakomodir emiten pertambangan dalam rangka meningkatkan kinerja mereka,” ujar Nafan.

Sementara itu, penurunan sektor pertambangan sendiri dikarenakan komoditas dunia sedang dalam fase koreksi wajar. Pertama karena sentimen over supply. Kedua, perihal kilang minyak Aramco.

Kendati demikian, Nafan menilai kinerja Aramco dalam rangka memperbaiki kilang minyak yang beberapa waktu lalu diserang drone itu berangsur pulih. Aramco mengumumkan proses perbaikan sudah mencapai 75% dan diperkirakan beroperasi normal mulai pekan depan.

Menurut Nafan, itu akan menjadi sentimen positif untuk komoditas. Ketiga, beberapa harga komoditas memang sedang mengalami penurunan. Itu yang menyebabkan terkoreksi.

Sementara itu, walaupun harga komoditas masih tak stabil, Chris menilai saham emiten tambang masih menarik karena cukup murah. Chris merekomendasi membeli saham ADRO dengan target harga Rp 1.600 per saham, INDY di target harga Rp 1.800 per saham, UNTR dengan target harga Rp 25.000, serta beli saham INCO dengan target harga Rp 4.000 per saham.

Nafan juga menilai koreksi yang terjadi hari ini masih wajar. Bahkan, ia menilai secara teknikal saham keempat emiten itu mulai mengalami fase konsolidasi atau harganya cenderung stabil.

Nafan merekomendasi beli UNTR di target harga Rp 25.500 per saham, sedangkan INDY di target harga Rp 1.835 untuk jangka menengah. 

Sumber – https://investasi.kontan.co.id

Berikan Komentar